Selasa, 30 Januari 2018


STRATEGI DA’WAH MUHAMMADIYAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI ERA GLOBAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Agus Miswanto, M.A.


Disusun oleh :
Dahria Wahyu Rosmada  (16.0401.0050)
Chusna Fadhila                (16.0401.0022)
Utami Widi                      (16.0401.0053)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018



DAFTAR ISI



 



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dampak globalisasi dalam dunia dakwah sangat dirasakan dampaknya. Banyak kasus yang muncul, misalnya pergaulan bebas yang juga muncul adalah dampak negatif dari nilai-nilai di atas. Persoalan miras, narkoba, dan lain-lain, dikarenakan sebuah pemujaan terhadap kebebasan pribadi yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama. Sehingga dampaknya ternyata bukan hanya menimpa dirinya sendiri, tetapi juga terhadap masyarakat dan siswa yang lain. Oleh karena itu, nilai-nilai negatif tersebut haruslah dinetralisir dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam yang sangat menekankan keseimbangan kehidupan.
Sikap seorang muslim dalam menghadapi kehidupan adalah dengan tetap istiqamah dalam hidayah Allah swt. untuk menjalankan kenikmatan agama Islam secara kaffah, bukan malah menggantinya dengan kekufuran yang akan menyebabkan kerugian dirinya sendiri. Allah swt berfirman dalam QS. Ibrahim (14): 28-29:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا ۖ وَبِئْسَ الْقَرَارُ
 Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”
Islam menghendaki apapun nilai-nilai, sistem kebudayaan, dan rekayasa peradaban yang dilakukan oleh manusia, tidak menyimpang dari tuntunan al-Qur'an. Karena dalam Islam, kehidupan di dunia hanyalah sementara dan fana yang seharusnya tidak ditukar dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi sebagai tempat tujuan terakhir manusia, dengan pilihan surga atau neraka.[1]
Tulisan ini akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengemban misi dakwah di era globalisasi dan bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah serta misi pengembangan masyarakat yang diterapkan di era globalisasi.

B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana definisi, tujuan dan hukum da’wah ?
2.      Bagaimana globalisasi dalam perspektif barat dan islam, tantangan da’wah di era global, strategi da’wah di era global, serta strategi muhammadiyah dalam berda’wah dan pengembangan masyarakat di era global.

C.  Tujuan Masalah

1.        Menjelaskan bagaimana definisi, tujuan dan hukum da’wah.
2.        Menjelaskan bagaimana globalisasi dalam perspektif barat dan islam, tantangan da’wah di era global, strategi da’wah di era global, serta strategi muhammadiyah dalam berda’wah dan pengembangan masyarakat di era global.





BAB II

PEMBAHASAN


A.    Definisi Da’wah

Secara etimologis, da’wah berasal dari bahasa Arab,  دعا-يدعو-دعوة, yang berati ajakan atau seruan. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.[2]
Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Ma’allah mengatakan, bahwa da’wah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia, untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi orang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana kawasan yang dilarang.[3]

B.     Tujuan Da’wah

Secara keseluruhan, baik tujuan umum maupun khusus da’wah adalah:
1.      Mengajak orang-orang untuk memeluk agama islam, firman Allah dalam QS.Ali Imran: 20,
وقل للذين أوتواالكتاب والاميين ءأسلمتم فاءن أسلموا فقداهتدوا وان تولوفاءنما عليك البلاغ والله بصير بالعباد                                   
"Dan Katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang-orang yang buta huruf, “Sudahkah kamu masuk islam?" Jika mereka masuk islam, berati mereka telah mendapat petujuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
2.      Mengislamkan orang islam yaitu meningkatkan kualitas iman, islam, dan ihsan kaum muslimin sehingga mereka menjadi orang yang kaffah.
3.      Menyebarkan kebaikan dan mencegah timbulnya kemaksiatan yang akan menghancurkan sendi kehidupan individu dan masyarakat sehingga menimbulkan masyarakat yang tenteram dan penuh keridhoan Allah.
4.      Membentuk individu dan masyarakat yang menjadi islam sebagai pegangan dan pandangan hidup dalam segala kehidupan baik politik, ekonomi, sosial dan budaya.[4]

C.    Hukum Da’wah

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits para ulama sepakat bahwa hukum da’wah adalah wajib. Dan sebagian  ulama berpendapat bahwa da’wah itu wajib kifayah (wajib kolektif) artinya wajib bagi sekelompok orang-orang saja, yang bersandar pada ayat yang sama yaitu Ali-Imran ayat 104 :
ولتكن منكم أمة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف و ينهون عن المنكر وأولآءك هم المفلحون
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

D.    Globalisasi dalam Perspektif Barat dan Islam

Globalisasiatau globalization, dalam bahasa arab disebut dengan al-aulamah yaitu masdar dari al-‘ālam berdasarkan timbangan atau wazan faualah yang memiliki arti alam atau dunia yang dalam bahasa arab disebut dengan al-ālamiah. 
Yusuf al-Qardhawi mengatakan, bahwa terdapat perbedaan mendasar antara makna globalisasi(al-aulamah) yang dipahami dunia barat pada hari ini dengan makna globalisasi (al-ālamiah) yang dimaksudkan oleh Islam.
Globalisasiataual-ālamiahyang dipahami oleh Islam  adalah sesuatu yang berasaskan nilai-nilai penghormatan dan persamaan kepada seluruh manusiabahwa setiap manusia memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dihadapan Allah swt.
ولقد كرمنا بني ءادم و حملناهم فى البحر و رزقناهم من الطيبات و فضلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيلا
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu adam, dan Kami angkut   mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptkan dengan kelebihan yang sempurna.”(QS. Al-Isra: 70).
Barat mengartikanglobalisasi(al-aulamah) sekarang ini, sebagai keharusan untuk menguasai secara politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalaan dengan kepentingan Negara-negara Barat yang disponsori oleh  Amerika. Penguasaan tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan Barat terhadap tatanan dunia Islam.
Pengaruh globalisasi terhadap dunia pada dasarnya dapat dibagi kepada tiga bagian utama, yaitu:Pertama, globalisasi politik yang dimulai dari berakhirnya perang dunia kedua dan dimulainya perang dingin antara kekuatan-kekuatan besar di dunia untuk saling memperebutkan otoritas, pengaruh, hegemoni dan perebutan sumber ekonomi dan pasar internasional serta perang peradaban dan kultural di dunia global yang tak terbatasi lagi oleh wilayah teritorial. Maka sering dikatakan bahawa dengan berakhirnya perang dingin adalah dimulainya era globalisasi dalam arti yang sebenarnya.
Kedua, Globalisasi EkonomiMenurut Jamaluddin ‘Atiyah, yang dimaksud dengan globalisasi di bidang ekonomi ialah menyatukan seluruh dunia kepada satu pasar bebas (free market) atau pemindahan kepemilikan umum dan perseroan-perseroan kepemilikan khusus untuk mengurangi pengawasan dan campur tangan pemerintah dalam negeri. Dengan tatanan ekonomi baru yang oleh dunia Barat disebut dengan globalisasi atau pasar besar, mereka menjanjikan dunia dimana setiap orang menjadi pintar dan kaya. Kenyataan yang terjadi adalah negara-negara maju dengan perusahaan-perusahaan besarnya menjadikan tatanan ekonomi baru yang disebut dengan globalisasi atau pasar bebas sebagai penjajahan model baru. Corporate greed(kerakusan perusahaan besar) menjadi sinonim bagi profit, sedangkan “globalisasi” menjadi sinonim untuk cara-cara kapitalisme internasional menindas umat manusia.
Ketiga, Globalisasi  Sosial dan Budaya. Pengaruh globalisasi telah masuk kedalam seluruh kehidupan masyarakat,serta menghilangkan sekat-sekat geografis antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu budaya dengan budaya yang lain. Dengan menggunakan istilah “kebudayaan internasional”atau “modernisme”, Barat yang dimotori oleh Eropa dan Amerika secara gigih mengekspor kebudayaan mereka ke belahan dunia yang lain. Dengan isu globalisasi ini, Barat ingin mewajibkan model, pemikiran, perilaku, nilai, gaya dan pola konsumsinya terhadap bangsa lain.
 Tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah globalisasi pemikiran,(ghazwul fikri) atau perang pemikiran sebagai hasil daripada perkembangan teknologi dan informasi khususnya televesi dan internet.Dibandingkan dengan perang fisik atau militer,maka ghazwul fikri ini memiliki beberapa keunggulan. Antaranya ialah: Pertama, dana yang diperlukan tidak sebesar dana yang diperlukan untuk perang fisik.Kedua, sasaran daripada ghazwul fikri ini tidak terbatas.Ketiga, serangannya dapat mengenai siapa saja, dimana saja dan kapan saja.Keempat, tidak ada korban dari pihak penyerang.Kelima,korban tidak merasakan bahawa sesungguhnya dirinya dalam kondisi diserang.Keenam,kesan yang dihasilkan sangat fatal dan berjangka panjang.Ketujuh,efektif dan efisien. 
Dengan uraian di atas, maka pengemban misi dakwah atau da’i harus cermat memperhitungkan dan menerapkan metode dakwah. Kecangggihan dan kemodernan globalisasi harus dijawab dengan dakwah yang canggih dan modern, bukan dengan dakwah konvensional.[5]

E.     Tantangan Dakwah di Era  Globalisasi

Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif perilaku (behaviouristic perspective). Salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Kedua,tantangan dakwah dalam perspektif transmisi (transmissional perspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai sumber kepada mad’u sebagai penerima.Ketika ajaran agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan media sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem. Menurutnya, bagi dunia Islam, revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah.
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi.Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi Islami), maka dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai pesan-pesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.

F.     Strategi Da’wah Di Era Global

Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i  dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif, seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu; 1)Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, 2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci, 3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat, dan 4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Sebenarnya, metode dakwah adalah sesuatu yang lazim dikenal dan diterapkan oleh da’i, akan tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut: a) Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya, b)Dakwah bi al-lisan, meliputi ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming, obrolan, dan sebagainya, dan c) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa perilaku yang sopan sesuai ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.
Dalam rangka keberhasilan dakwah di era global, maka diperlukan da’i yang memiliki profil berikut ini, yaitu: memiliki komitmen tauhid, istiqamah dan jujur, memiliki visi yang jelas, memiliki wawasan keislaman, memiliki kemampuan memadukan antara dakwah bi al-lisan dengan dakwah bi al-hal, sesuai kata dengan perbuatan, berdiri di atas semua paham dan aliran, berpikir strategis, memiliki kemampuan analisis interdisipliner, sanggup berbicara sesuai dengan kemampuan masyarakat.[6]

G.    Strategi Da’wah Muhammadiyah Dan Pengembangan Masyarakat Di Era Global

Beragam realitas kultural memerlukan respon yang cerdas tidak dapat di tunda oleh gerakan dakwah islam. Hal ini dibutuhkan adanya kebijakan dalam upaya sistematik dakwah islam dalam rangka menghadapi derasnya kekuatan  upaya dakwah islam. Berkaitan dengan masalah ini dakwah kultural  di maksudkan bisa mengarah pada upaya penemuan tradisi dan kultur baru untuk menawarkan alternatif pemecahan masalah kontemporer secara lebih manusiawi melalui berapa langkah berikut :
1.      Pembaruan yang signifikan  dan pembaruan religio-kultural sebagaimana   gerakan dakwah yang di pelopori oleh K.H Ahmad Dahlan.
2.      Pada era baru yang bercorak multikulturalisme Muhamadiyah melalui gerakan dakwah transformatif dapat memasuki komunitas baru seperti kelompok menengah ke atas yang semakin maju dengan segala problem sosia.Penyakit orang perkotaan yang merindukan spirualitas yang  sekaligus mendambakan kehadiran agama sebagai kanopi suci. Muhammadiyah di tuntut untuk memberikan  panduan kehidupaan yang rasional untuk membangun kemajuan tanpa terjebak semata- mata beroriaentasi spiritualisme
3.      Kelompok sosial menengah ke bawah, Muhammadiyah juga di hadapkan pada tantangan untuk berdakwah bernuansa teologi pembebasan. Bagaimana membangun orientasi keseluruhan refleksi teologis dari ajaran islam membebaskan kaum dhu’afa dan mustadh’afin dari keterbelenggungan serta ketertindasan secara struktural dan kultural, menjadi pekerjaan yang harus ditangani Muhammadiyah.
Berkaitan dengan langkah-langkah tadi,  setidaknya ada lima ciri dan esensi proses globalisasi yang perlu diperhatikan Muhammadiyah dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan da’wah di era global, yaitu:
1.      Terjadinya transfer nilai yang amat intensif dan ekstensif.
2.      Terjadinya transfer teknologi (terutama teknologi informasi dan komunikasi) yang massif dengan pelbagai akibatnya.
3.      Terjadinya mobilitas dan kegiatan umat manusia yang tinggi dan padat, yang salah satunya mengubah persepsi dan konsep manusia tentang waktu dan tempat.
4.      Terjadinya pergeseran kesadaran dan perilaku sosial manusia, yang berpengaruh pada kesadaran dan persepsi manusia akan lingkungan geografis ke lingkungan fungsional dan kepentingan.
5.      Terjadinya kecenderungan budaya global kontemporer, yaitu kehidupan yang materialistis hedonistis, sekularistis, konsumtif, permisif, pengingkaran terhadap nilai agama, dan sebagainya.
Dengan demikian yang harus dilakukan Muhamammadiyah dalam rangka merumuskan perencanaan dan pelaksanaan da’wah di era global adalah mengkaji secara mendalam titik-titik silang antara islam dan budaya global, baik secara teoretik maupun empirik, untuk keberhasilan da’wah, seperti:
1.      Memperhatikan substansi atau pesan da’wah
2.      Memperhatikan pendekatan dan strategi da’wah
3.      Memperhatikan media atau wahana da’wah
4.      Memperhatikan pelaku atau subjek da’wah
Untuk itu, Muhammadiyah tampaknya perlu memperluas khazanah da’wahnya sesuai dengan pola perkembangan budaya global, antara lain :
1.      Mengangkat isu-isu kontemporer untuk dapat memberikan alternatif-alternatif pemikiran serta memberikan ruang yang lebih luas di dalam memberikan merespon isu-isu global saat ini. Seperti tema-tema demokrasi, multikultularisme, respon terhadap gagasan spiritualitas baru, maslaah kemiskinan, hak asasi manusia, perburuhan, membangun etika global, dan sebagainya.
2.      Pemanfaatan media komunikasi dan informasi. Seperti membangun jaringan radio, televisi, dan pelbagai media elektronik lainnya.[7]
Sebagai sebuah konsep dan strategi da’wah, maka untuk menjalankan dan mengembangkan potensi masyarakat dibutuhkan gagasan dan perencanaan yang bisa diterapkan. Pokok-pokok pikiran berikut yang perlu dipertimbangakan sebagai prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dalam rangka pemberdayaan umat dan komunitas:
1.      Fokus utama pengembangan kegiatan dan da’wah jama’ah harus diarahkan untuk memperkuat kemampuan masyarakat lokal (Komunitas) dalam memobilisasi sumber-sumber lokal dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Satuan sosial yang dipilih adalah berdasarkan lokalitas (ruang lokal), sebab warga akan lebih siap diberdayakan melalui isu-isu lokal. Satuan lokalitas itu dapat berupa RT, kelompok pengguna air (irigasi), kelompok tani, kelompok arisan, pengajian, dan organisasi yang menjadi tempat tumbuhnya pengembangan dan interaksi pribadi maupun masyarakat.
2.      Pengembangan kegiatan dan da’wah jama’ah harus mengakui adanya variasi dan perbedaan, baik antara aktor yang terlibat maupun variasi potensi dan permasalahan lokal yang tidak sama. Manifestasi dari sumber-sumber tersebut berupa keterampilan teknis yang belum digunakan secara luas, pekerja setengan menganggur, lahan kosong yang belum dimanfaatkan, dana masyaratkan yang belum diputar, barang-barang bekas yang masih dapat didaur ulang, dan sebagainya.
3.      Cara mencapai tujuan bersama program pengembangan jama’ah dilakukan melalui proses pembelajaran sosial (social learning). Komunitas di dorong secara terus menerus untuk belajar aktif melalui pengalaman empirik dan aksi sehingga dapat membangun kapasitas komunitas dalam memahami, mengidentifikasi, memformulasikan potensi yang dimiliki, merumuskan permasalahan yang dihadapinya, dan penyusun alternatif pemecahan masalah yang perlu dilakukannya.
4.      Menjamin efektifitas program, berbagai bentuk kegiatan dan da’wah jama’ah dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus terorganisasikan, terkoordinasikan, terintergasikan dengan rapi, cermat dan berkelanjutan dalam satuan-satuan sosial wiayah tempat tinggal.[8]


BAB III

KESIMPULAN


Dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.Tujuannya untuk mengislamkan orang islam dan non islam, menyebar kebaikan, serta menjadikan individu maupun masyarakat agar sejahtera dunia mupu akhirat. Hukum da’wah ada yang mengatakan wajib ada yang mengatakan fardhu kifayah.
Globalisasiataual-ālamiahyang dipahami oleh Islam  adalah sesuatu yang berasaskan nilai-nilai penghormatan dan persamaan kepada seluruh manusiabahwa setiap manusia memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dihadapan Allah swt. Tantangan berda’wah pada saat ini adalah dalam bentuk perspektif perilaku,transmisi, dan interaksi
Yang dilakukan Muhammadiyah dalam strategi da’wahnya agar sesuai dengan pola perkembangan budaya global, antara lain :
1.      Mengangkat isu-isu kontemporer untuk dapat memberikan alternatif-alternatif pemikiran serta memberikan ruang yang lebih luas di dalam memberikan merespon isu-isu global saat ini. Seperti tema-tema demokrasi, multikultularisme, respon terhadap gagasan spiritualitas baru, maslaah kemiskinan, hak asasi manusia, perburuhan, membangun etika global, dan sebagainya.
2.      Pemanfaatan media komunikasi dan informasi. Seperti membangun jaringan radio, televisi, dan pelbagai media elektronik lainnya

           

 



DAFTAR PUSTAKA


Aziz Ali, Moh. Ilmu Da’wah. 2004. Jakarta: Prenada Media
Najamuddin. Metode Da’wah Menurut Al-Qur’an. 2008. Yogyakarta: Pustaka    Insan Madani
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Da’wah Kultural Muhammadiyah. 2004. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Umar, Ratnah. Metode Da’wah Di Era Globalisasi. 2011. Palopo: Jurnal Al Tajdid STAIN Palopo






[1]Ratnah Umar, Metode Da’wah Di Era Globalisasi, hal 1
[2] Najamuddin, Metode Da’wah Menurut Al-Qur’an, hal 1
[3] Moh. Ali Aziz, Ilmu Da’wah, hal 5
[4] Ibid, hal 69
[5] Ratnah Umar, Op.Cit. hlm 2
[6]Ibid. hlm 4
[7] Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Da’wah Kultural Muhammadiyah, hal 46
[8] Ibid, hal 104

STRATEGI DA’WAH MUHAMMADIYAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT  DI ERA GLOBAL Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kul...